Genre: Fiksi Sejarah
Current Pick! 1890 by hirairkive
Genre: Fiksi Sejarah
Multatuli merupakan nama samaran dari Eduard Douwes Dekker. Dia adalah anggota Dewan Pengawas Keuangan Pemerintah Belanda yang pertama kali ditempatkan di wilayah Batavia (Hindia-Belanda) pada 1840. Tahun 1842 ia meminta untuk dipindahkan ke Sumatera Barat. Di tahun yang sama pula, ia dipindahkan ke Natal, Sumatera Utara, untuk bertugas sebagai Kontelir. Baru setelah itu, dirinya ditugaskan di wilayah Lebak, Banten.
Buku Max Havellar yang ditulis oleh Douwes Dekker menceritakan tentang penindasan dan pemerasan terhadap rakyat yang ia saksikan semasa menjabat Asisten Residen Lebak. Sebenarnya, isi novel Max Havelaar karya Multatuli adalah pengalaman-pengalamannya sendiri semasa kurang dari satu tahun menjadi Asisten Residen Lebak, yang dilukiskan dengan teliti. Buku ini mengandung banyak unsur autobiografi, tetapi ditulis dalam bentuk roman.
Novel Max Havelaar menceritakan tentang tokoh utama bernama Max Havelaar, yang mencoba melawan pemerintahan korup di Jawa, yang sangat menyengsarakan rakyat. Dalam novel ini, kisah Max Havelaar, seorang asisten residen Belanda, diceritakan oleh Batavus Droogstopped dan Stern, dua karakter yang sangat bertolak belakang.Â
Batavus Droogstoppel adalah seorang makelar kopi yang sangat materialistis dan munafik. Ia bermaksud menggunakan dokumen-dokumen yang diberikan Havelaar kepadanya untuk menulis tentang perdagangan kopi. Dalam menulis buku, Droogstoppel dibantu oleh asistennya yang romantis, Stern.
Di akhir novel, Multatuli mengambil peranan mereka sebagai penulis untuk menuliskan sendiri klimaks cerita. Klimaks cerita tersebut berisi kecaman terhadap kebijakan kolonial Belanda dan permohonan kepada Raja William III dari Belanda untuk campur tangan demi rakyat Indonesia.
Buku ini ditulis Multatuli di sebuah losmen yang disewanya di Belgia, pada musim dingin tahun 1859. Tulisannya merupakan kritik tajam yang telah membuka sebagian besar mata publik dunia, tentang betapa perihnya arti dari sebuah penindasan (kolonialisme). Dengan sebuah keyakinan yang termanifestasikan dalam ungkapan, Ya, aku bakal dibaca, Multatuli berjuang menghadirkan sebuah mahakarya sastra yang patut menjadi pelajaran bagi seluruh bangsa.
Rekomendasi Buku Lainnya: