Current Pick! 1890 by hirairkive
Ada sumur di gereja, satu-satunya di seluruh tanah merah sejauh mana kakinya kuat melangkah. Ia menimba seember dan menuangnya ke ember miliknya, hijau dan pinggirnya bergerigi digigiti Sapi, anjing milik semua orang. Kakinya yang beralaskan sandal jepit terasa sejuk menerima ceceran air yang tumpah dari ember. Di sekeliling pinggiran sumur, bahkan di antara celah bebatuan dindingnya, mendesak keluar tumbuh bunga-bunga kecil putih dan kuning. Hatinya selalu bernyanyi melihat ini, sungguh, terngiang lagu bunga bakung yang dikasihi Tuhan. Dan juga pasal di Injil tentang burung pipit —ia Grata— yang akan selalu dihidupiNya.
Grata mengangkat ember hijau itu ke depan dadanya, menjepit tali sandal erat-erat dengan jari kakinya dan mengambil satu langkah. Selangkah demi selangkah, pelan-pelan, air tak mau diam, ia keluar dari gereja, menyongsong terik matahari yang membakar tanah di bawah sandalnya namun tak menghanguskan keinginannya untuk membawa seember air ini tepat sampai ke depan rumahnya yang bahkan setitik pun belum nampak di depan mata. Ia gegas melewati tanah retak seakan tanah ini akan meregang dan menelannya bila ia lamban sedikit. Ia mempercepat langkah seolah matahari akan menguapkan airnya. Ia menapaki berpuluh gundukan bebatuan yang padanya tumbuh ilalang dan menuruni ragam lembah yang padanya pasir berbisik supaya berburu.